Sudahkah Anda Membaca Al-Qur'an Hari Ini

Hidayat Nur Wahid Usulkan 3 April Sebagai Hari NKRI: Peristiwa Bersejarahn 73 Tahun yang Dipelopori Mohammad Natsir

Hidayat Nur Wahid Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesi (MPR RI) mengususlkan agar setiap tanggal 3 April diperingaati sebagai Hari NKRI karena sangat penting dan strategis.

Menurut Hidayat Nur Wahid, walaupun belakangan ini sudah banyak menggema ucapan atau terikan orang mengatakan NKRI harga mati, tetapi peristiwa bersejarah yang diusulkan oleh Mohammad Natsir itu masih kurang diketahui.

Hidayat Nur Wahid menyebutkan bahwa lahirnya NKRI kembali setelah Mohammad Natisr mengusulkan mosi integral di sidang konstituen pada 3 April 1950, dan masukan tersebut pun berhasil bahkan disebut-sebut sebagai proklamasi kedua.

Dengan ditetapkannya 3 April sebagai Hari NKRI, Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa harapannya bisa menjadi komitmen bersama agar ingatan kolektif bangsa terkait peristiwa sejarah besar lahirnya kembali NKRI bisa semakin kuat.

"Penetapan Hari NKRI ini sangat perlu dan strategis." Kata Hidayat Nur Wahid seperti dikutip MimikaMuslim.com dari laman resmi MPR RI pada Selasa, 4 April 2023.

Hidayat Nur Wahid dengan adanya Hari NKRI nantinya maka semua warga bangssa bisa bersama-sama juga menjaga dan memajukan Indonesia tercinta. Pelru diketahu tanpa adanya mosi integral dari Mohammad Natsir maka NKRI tidak ada.

Saat itu NKRI sudah ditiadakan oleh Kolonial Belanda diganti dengan RIS (Republik Indonesia Serikat), pada 3 April 1950 mosi integral Mohammad Natsir diterima bulat oleh DPRRIS dan Pemerintah (Soekarno serta Hatta).

Peringata Hari NKRI nantinya juga sebagai pengamalan dari prinsip JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) yang diajarkan oleh Soekarno. Pada 3 April 1950 Mohammad Natsir sebagai Ketua Fraksi Partai Masyumi menyampaikan pendapatnya di rapat paripurna DPRRIS.

MPR RI menetapkan bahwa NKRI merupakan pilar Bangsa Indonesia, bersama dengan pilar lainnya yaitu Pancasila, UUD NRI 1945, dan Bhineka Tunggal Ika dimana dua diantaranya sudah ditetapkan hari peringatannya masing-masing.

1 Juni misalnya diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, 18 Agustus Hari Konstitusi, tinggal NKRI yang belum ditetapkan hari peringatannya. Hidayat Nur Wahid berharap juga mengatakan penetapannya nanti diharap bisa menjadi warisan Presiden Jokowidodo.

Sebab diketahui bahwa saat ini Presiden Jokowidodo berada di akhir-akhir masa jabatannya, penetapan Hari NKRI bisa jadi momentum hadirkan ingatan dan semangat kolektif bangsa untuk menjaga Indonesia, berkontribusi menguaatkan komitmen memajukan negara.

Tidak hanya memajukan NKRI dalam sekala kecil tetapi secara nasional, masif, dan berkelanjutan. Tidak hanya sekedar seremonial belaka, tetapi lebih serius dan nyata. Apalagi belakangan di masyarakat ada polarisasi karena perbedaan pilihan politik.

"Maka harus ada upaya ekstra untuk merekat kembali persatuan bangsa Indonesia ini. Salah satunya ya meneladani kenegarawanan Bapak-Bapak Bangsa yang sukses atasi pembelahan yang dilakukan kolonialis Belanda dengan mengubah RI menjadi terpecah ke dalam 16 negara RIS." Tambah Hidayat Nur Wahid.

Para pendiri bangsa bukan dari satu latar belakang politik, tetapi daru partai dan agama berbeda-beda. Namun melalui mosi integral Mohammad Natsir 3 April 1950 semua setuju bersatu kembali dan meninggalkan RIS.

Dengan adanya Hari NKRI nantinya juga diharapkan agar semua komponen masyarakat memahami bahwa semua warga adalah pelanjut dari peristiwa sejarah besar, seluruh anak bangsa adalah bhineka (berbeda-beda) tetapi tunggal ika (satu kesatuan).

"Kita bhineka tapi tunggal ika, kita semua adalah satu kesatuan bangsa Indonesia, meski ada perbedaan dalam pilihan politik atau latar belakang lainnya," jelas Hihdayat Nur Wahid.

Hidayat Nur Wahid menyampaikan bahwa kedepan tantangan menjaga dan memajukan NKRI tidaklah mudah, bisa saja muncul banyak aksi-aksi yang dapat membahayakan Indonesia, sepertinya adanya gerakan separatis atau juga bangkirnya ideologi-ideologi terlarang.

Dimana semua bahaya itu mangancam keberlanjutan kedaulatan NKRI, karena termasuk dari dampak globalisasi dan teknologi informasi. Sekaligus Hari NKRI 3 April nantinya bisa menjawab kesalahpahaman sejumlah kalangan terkait hubungan negara serta agama.

"Di Indonesia ini, ada yang berpaham Islamophobia dan Indonesiaphobia. Islamophobia adalah yang selalu sentimen negatif bahkan bisa antipati dengan Islam dan ingin memisahkan negara dan agama. Sedangkan, Indonesiaphobia adalah mereka yang kerap mengkafirkan Indonesia karena dinilai tidak sesuai syariat Islam," tambah Hidayat Nur Wahid.

Padahal Mohammad Natsir walaupun sebagai ulama handal sekaligus politisi ulung yang sementara itu menjabat sebagai pimpinna partai Islam terbesar menunjukkan serta mengajarkan bahwa kecintaannya untuk mencintai NKRI tidak pernah surut.

Bahkan Buya Mohammad Natsir terus berupaya dan berjuang merawat serta menjaganya, salah satunya dengan mengusulkan mosi integral dan susesnya beliau melaksanakan manahnya sebagai Perdana Menteri Pertama di era awal-awal negara ini.

Sebagai Perdana Menteri Mohammad Natsir juga berhasil mengantarkan Indonesia untuk diakui keanggotaannya secara penuh oleh PBB, pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia itu membuktikan beragama Islam dan mencintai negeri adalah satu.