Ibnu Qudamah mengatakan,
ويكره سلخ الحيوان قبل أن يبرد؛ لأن فيه تعذيبا للحيوان، فهو كقطع العضو.
Makruh menguliti binatang yang disembelih sebelum benar-benar mati. Karena tindakan semacam ini termasuk bentuk penyiksaan terhadap binatang. Sebagaimana memotong anggota badan hewan itu. (al-Mughni, 9/402).
Hal yang sama juga disampaikan an-Nawawi,
والمستحب إذا ذبح أن لا يكسر عنقها ولا يسلخ جلدها قبل أن تبرد لما روى أن الفرافصه قالوا لعمر رضى الله عنه إنكم تأكلون طعاما لا نأكله فقال وما ذاك يا أبا حسان فقال تعجلون الانفس قبل أن تزهق فأمر عمر رضى الله عنه مناديا ينادي إن الذكاة في الحلق واللبة لمن قدر ولا تعجلوا الانفس حتى تزهق
Dianjurkan ketika menyembelih qurban, agar kepalanya tidak dipenggal dan tidak dikuliti sebelum dia benar-benar mati. Berdasarkan riwayat bahwa Furafishah berkata kepada Umar radhiyallahu ‘anhu, ‘Kalian mengkonsumsi makanan yang tidak kami makan. Beliaupun balik tanya, ‘Apa makanan itu, hai Abu Hassan?’. ’Kalian terburu-buru menguliti binatang, sebelum dia benar-benar mati.’ Jawab Furafishah. Kemudian Umar memerintahkan seseorang untuk mengumumkan, ’Bahwa menyembelij itu di ujung leher atau pangkal leher, jika memungkinkan. Dan jangan terburu-buru menguliti sampai dia betul-betul mati.’ (al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 9/84).
Sebagaimana keterangan di atas, menguliti hewan qurban sebelum mati sempurna termasuk perbuatan yang dibenci, karena ada unsur penyiksaan. Namun tindakan semacam ini tidaklah mempengaruhi keabsahan qurban dan kehalalan dagingnnya. Sebagaimana penjelasan di: Menyembelih Hewan Kurban Hingga Kepala Terpotong
Allahu a’lam
Sumber : Ust. Muh. Amin AR, S.Ag., S.Pd., MM