mimikamuslim.com | Dalam shalat dikenal istilah takbir intiqâl, yakni kesunahan
mengucapkan kalimat takbir الله اكبر setiap kali perpindahan gerak. Ada satu
yang berbeda, yakni ketika bangun dari ruku’, bukanlah kalimat takbir yang
sunah diucapkan, melainkan kalimat tasmi’
سمع الله لمن حمده.
Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi dalam kitab I’anatut
Thalibin (Beirut: Darul Fikr, 1997) meriwayatkan sebuah kisah yang menjadi
penyebab perbedaan kesunahan ucapan ketika bangun dari ruku’ ini sebagai
berikut.
والسبب في سن سمع الله لمن حمده: أن الصديق رضي الله عنه ما فاتته
صلاة خلف رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قط، فجاء يوما وقت صلاة العصر فظن أنه فاتته
مع رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، فاغتم بذلك وهرول ودخل المسجد فوجده - صلى الله
عليه وسلم - مكبرا في الركوع، فقال: الحمد لله. وكبر خلفه - صلى الله عليه وسلم -.
فنزل جبريل والنبي - صلى الله عليه وسلم - في الركوع، فقال يا محمد، سمع الله لمن حمده.
… اجعلوها في صلاتكم عند الرفع من الركوع، - وكان قبل ذلك يركع بالتكبير ويرفع به
- فصارت سنة من ذلك الوقت ببركة الصديق رضي الله عنه.
Artinya, “Sebab kesunahan ucapan سمع الله لمن حمده ialah
bahwasanya sahabat Abu Bakar As-Shiddiq RA tidak pernah sama sekali tertinggal
shalat berjama’ah di belakang Rasulullah SAW. Hingga pada suatu ketika, saat
shalat ashar, Sahabat Abu Bakar RA tertinggal shalat bersama Rasulullah SAW.
Sahabat Abu Bakar sangat bersedih dan bergegas masuk masjid.
Sampai di masjid, ia masih bisa menemui ruku‘ Rasulullah,
maka ia berucap: “Alhamdulillah” sebagai bentuk pujian terhadap Allah, lantas
takbiratul ihram dan shalat di belakang Rasulullah SAW.
Jibril kemudian turun saat Nabi sedang ruku‘ sambil berkata:
“Wahai Muhammad, ucapkan سمع الله لمن حمده . ‘Allah mendengar orang-orang yang
memuji-Nya.’ …baca kalimat itu setiap shalat saat bangun dari ruku‘.
Sebelum kejadian ini setiap akan ruku‘ dan bangun dari ruku‘
yang dibaca adalah takbir. Berkah dari Sahabat Abu Bakar RA membuat tasmi’
jadi disunahkan.”