Sudahkah Anda Membaca Al-Qur'an Hari Ini

🕌 Masjid Al-Aqsha: Qiblat Pertama, Warisan Islam yang Terus Diperjuangkan

"Dari tanah para nabi, Masjid Al-Aqsha berdiri sebagai saksi perjalanan spiritual umat Islam, dari Isra' Mi'raj Rasulullah hingga perjuangan mempertahankannya hari ini. Namun, hingga kini, ia masih terjajah. Lalu, di mana suara kita?"

1. Sejarah Masjid Al-Aqsha: Qiblat Pertama Umat Islam

Masjid Al-Aqsha adalah salah satu situs paling suci dalam Islam. Sebelum umat Islam menghadap Ka'bah, Al-Aqsha adalah kiblat pertama yang ditentukan oleh Allah SWT. Masjid ini menjadi bagian penting dalam perjalanan spiritual Rasulullah SAW, terutama dalam peristiwa Isra' Mi'raj, di mana beliau memimpin para nabi dalam shalat di masjid ini sebelum naik ke Sidratul Muntaha.

Dibangun oleh para nabi terdahulu, Masjid Al-Aqsha telah menjadi tempat suci sejak zaman Nabi Sulaiman AS. Dalam catatan sejarah Islam, bangunan ini memiliki akar yang dalam, bahkan disebut sebagai masjid kedua yang dibangun di bumi setelah Masjidil Haram di Makkah. Allah SWT telah menyebut keberkahan masjid ini dalam Al-Qur’an:

"سُبْحَانَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًۭا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ""

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya..." (QS. Al-Isra: 1)

Masjid ini bukan hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga memiliki peran penting dalam berbagai peristiwa Islam, termasuk tempat berkumpulnya para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan Mi'raj. Sejak awal, Masjid Al-Aqsha telah menjadi pusat keagamaan yang terus diperebutkan oleh banyak peradaban karena nilai spiritual dan sejarahnya yang tinggi.

2. Perjalanan Al-Aqsha dalam Sejarah Islam

Sejarah Masjid Al-Aqsha tak lepas dari peran besar para pemimpin Islam:

Khalifah Umar bin Khattab (637 M) berhasil membebaskan Yerusalem secara damai setelah negosiasi dengan penduduk setempat. Beliau secara langsung membersihkan Masjid Al-Aqsha dari puing-puing yang ditinggalkan oleh kekaisaran sebelumnya dan mendirikan kembali masjid ini sebagai pusat ibadah.

Shalahuddin Al-Ayyubi (1187 M) merebut kembali Al-Aqsha dari Tentara Salib setelah 88 tahun dalam penjajahan dan mengembalikan kemuliaannya sebagai pusat ibadah. Salah satu langkahnya adalah membersihkan kompleks masjid yang telah dinodai oleh para penjajah dan mengembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam.

Era Dinasti Mamluk & Kesultanan Utsmani turut berperan dalam memperindah masjid ini dengan membangun sekolah, perpustakaan, dan infrastruktur lain di sekitarnya. Di era ini, Masjid Al-Aqsha menjadi pusat pendidikan dan keilmuan Islam yang menarik para cendekiawan Muslim dari berbagai penjuru dunia.

Selama berabad-abad, Masjid Al-Aqsha telah menjadi saksi berbagai peristiwa besar, baik kejayaan maupun kehancuran. Namun, umat Islam terus berusaha mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu simbol penting dalam agama Islam.

3. Masa Kelam: Penjajahan dan Ancaman terhadap Al-Aqsha

Sejarah panjang Al-Aqsha juga dipenuhi dengan masa-masa kelam:

Tahun 1099, saat Tentara Salib menguasai Yerusalem, Masjid Al-Aqsha diubah menjadi istana dan digunakan sebagai markas militer. Umat Islam dilarang masuk dan masjid ini kehilangan fungsinya sebagai tempat ibadah.

Tahun 1967, Perang Enam Hari menyebabkan Israel mengambil alih Yerusalem Timur, termasuk Al-Aqsha. Sejak saat itu, akses umat Islam ke masjid ini semakin dibatasi.

Tahun 1969, Masjid Al-Aqsha dibakar oleh seorang ekstremis Zionis, menyebabkan mimbar bersejarah peninggalan Shalahuddin hangus. Hingga kini, banyak upaya dilakukan untuk merestorasi dan menjaga bangunan masjid dari kerusakan lebih lanjut.

Serangan dan pembatasan akses masih terus terjadi, dengan kebijakan diskriminatif yang membatasi jamaah Muslim untuk beribadah di dalamnya, terutama pada waktu-waktu tertentu.

4. Al-Aqsha Hari Ini: Antara Doa dan Perjuangan

Hari ini, Masjid Al-Aqsha masih menjadi titik konflik politik dan keamanan:

Otoritas Israel mengontrol akses masuk ke Al-Aqsha, sering kali melarang jamaah Muslim memasuki masjid terutama saat peringatan hari-hari besar Islam. Banyak peristiwa bentrokan yang terjadi akibat pembatasan ini.

Upaya untuk mengubah status quo terus berlanjut, dengan kelompok ekstremis Yahudi yang berulang kali menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha dan mencoba melakukan ritual di dalamnya.

Negara-negara Islam dan organisasi dunia, seperti OKI dan PBB, berupaya mempertahankan hak-hak umat Islam atas situs suci ini. Namun, berbagai tantangan politik membuat perjuangan ini semakin sulit.

Selain itu, penggalian terowongan di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsha oleh Israel menimbulkan kekhawatiran besar terkait stabilitas struktur masjid. Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin bangunan suci ini bisa mengalami kerusakan permanen.

5. Tanggung Jawab Umat Islam: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban untuk membela Masjid Al-Aqsha:

- Mempelajari sejarah dan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya Al-Aqsha bagi umat Islam.

- Mendukung diplomasi internasional untuk mempertahankan status dan hak beribadah di masjid ini.

- Menggalang bantuan dan dukungan untuk masyarakat Palestina yang berjuang mempertahankan hak mereka di Al-Aqsha.

- Berdoa dan memperjuangkan Al-Aqsha dalam setiap langkah kehidupan kita, baik melalui bantuan nyata maupun dalam kesadaran kolektif umat Islam.

Amanah Sejarah yang Harus Dijaga

Masjid Al-Aqsha bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga bagian dari sejarah Islam yang harus dijaga. Di setiap generasi, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan dan melindungi masjid ini dari ancaman dan penjajahan. Jika kita tidak bertindak hari ini, bagaimana kita mempertanggungjawabkan amanah ini kepada generasi mendatang?

(Raka)