Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Mimika, KH. Muh Amin AR, S.Ag, S.Pd, MM,
Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat Muslim. Namun, untuk menjalankannya dengan benar, diperlukan pemahaman yang baik mengenai rukun-rukun puasa. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Mimika, KH. Muh Amin AR, S.Ag, S.Pd, MM, menegaskan bahwa terdapat dua rukun utama dalam puasa yang harus dipenuhi agar ibadah ini sah, yaitu niat dan menahan diri dari segala yang membatalkan puasa.
Rukun Puasa
1. Niat Puasa
Niat puasa Ramadhan merupakan pekerjaan ibadah yang diucapkan dalam hati dengan syarat dilakukan pada malam hari dan wajib menjelaskan kefardhuannya di dalam niat tersebut. Contoh niat puasa Ramadhan:نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan kewajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah SWT semata.Sedangkan dalil yang menjelaskan niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari adalah sabda Nabi Muhammad ﷺ:
مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ اْلفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ
Artinya: Siapa yang tidak membulatkan niat mengerjakan puasa sebelum waktu fajar, maka ia tidak berpuasa.(HR. Abu Daud: 2098, al-Tirmidzi: 662, dan al-Nasa’i: 2293)Untuk puasa Ramadhan wajib mengucapkan niat sebelum fajar. Berbeda dengan puasa sunnah yang boleh niat puasa setelah selesai fajar, dengan syarat belum ada makanan dan minuman yang masuk ke mulut serta keluar mani sampai ia berniat.
Adapun dalil yang menjelaskan waktu mengucapkan niat untuk puasa sunnah, bisa dilakukan setelah terbit fajar:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَّيَّ رَسُولُ اللهِ صَلِّي اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ شَيْءٍ؟ فَقُلْنَا لَا فَقَالَ : فَاِنِّي اِذًنْ صَائِمٌ. ثُمَّ اَتَانَا يَوْمًا اَخَرَ، فَقُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ اُهْدِيَ لَنَا حَيْسٌ فَقَالَ: اَرِيْنِيْهِ فَلَقَدْ اَصْبَحْتُ صَائِمًا فَاَكَلَ
Artinya: Dari Aisyah ra, ia menuturkan, suatu hari Nabi saw datang kepadaku dan bertanya, “Apakah kamu punya sesuatu untuk dimakan?”. Aku menjawab, “Tidak”. Maka Beliau bersabda, “Hari ini aku puasa”. Kemudian pada hari yang lain beliau datang lagi kepadaku, lalu aku katakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, kami diberi hadiah makanan (haisun)”. Maka dijawab Rasulullah, “Tunjukkan makanan itu padaku, sesungguhnya sejak pagi aku sudah berpuasa,” lalu beliau memakannya. (Hadits Shahih, riwayat Muslim)2. Menahan Diri dari Hal yang Membatalkan Puasa
Rukun puasa yang kedua adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, termasuk syahwat farji (kemaluan) dan syahwat perut (makan dan minum) dari sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari (waktu Maghrib tiba). Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:فَالْـٰٔنَ بَٰشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا۟ مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ
Artinya: Maka sekarang campurilah, dan carilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu, serta makan dan minumlah sampai waktu fajar tiba dengan dapat membedakan antara benang putih dan hitam. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai waktu malam tiba. (QS Al-Baqarah: 187)Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan bentuk latihan spiritual untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan memahami dan menjalankan rukun puasa dengan benar, seorang Muslim dapat meraih kesempurnaan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Rukun puasa terdiri dari niat yang harus dilakukan sebelum fajar dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga maghrib. Dengan memahami dua hal ini, umat Muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Hadits. Ketua MUI Kabupaten Mimika mengingatkan pentingnya menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan agar memperoleh pahala serta keberkahan Ramadhan.