Sudahkah Anda Membaca Al-Qur'an Hari Ini

Ustadz M. Sahal Mahmud : Islam Membenci Kekerasan Dan Peperangan

Timika, 27 Oktober 2023 masjid Al Amanah yang berlokasi di Pasar Sentral mengadakan shalat jum’at secara berjamaah sebagai ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap kaum muslimin. Pada kesempatan tersebut yang bertindak sebagai penceramah adalah Ustadz Sahal Mahmud dengan tema “Islam Membenci Kekerasan Dan Peperangan.”

Kedamaian merupakan dambaan semua manusia. Kita diperintahkan untuk menyebarkan kedamaian dalam kehidupan seperti dicontohkan Nabi dengan menebar salam, apabila bertemu dengan orang lain, baik orang yang dikenal maupun tidak. Nabi bersabda:    يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُو السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوْا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ    

Artinya: “Wahai manusia, tebarkanlah (salam) perdamaian, berilah makan orang lain, dan shalatlah di saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Kedamaian adalah sebuah hal yang mutlak dan didambakan oleh setiap manusia karena bermula dari hati setiap manusia. Tidak mungkin mampu memberikan kedamaian kepada orang lain jika hatinya sendiri tidak damai. Rasulullah dihadirkan ke muka bumi ini adalah dalam rangka mewujudkan perdamaian dan keselamatan dengan menyingkirkan segala upaya kekerasan termasuk di dalamnya adalah perang.

Peperangan merupakan hal yang dibenci dalam agama Islam. Seperti dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 216 disebutkan:   كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ    

Artinya: “Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”   

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan perang kepada umat Islam. Namun, sebenarnya umat Islam merasa berat dan tidak senang terhadap peperangan. Jiwa umat Nabi Muhammad sudah terdidik untuk cinta pada perdamaian sehingga ketika turun ayat ini Allah menambahkan dengan kalimat wa huwa kurhul lakum (padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci).   

Ayat ini berbicara tentang perang, namun sebenarnya kandungannya mengisyaratkan bahwa jiwa umat Islam dididik oleh nabi untuk selalu enggan berperang. Seorang muslim pun tidak diwajibkan untuk mengislamkan seluruh dunia dengan perang. Perang dilakukan untuk membela agama, membela kepercayaan demi meraih kedamaian. Sehingga jika terjadi peperangan antara kaum muslimin dengan orang lain kemudian ada permintaan perdamaian, maka umat Islam harus menyambut ajakan perdamaian itu.   

Namun Syekh Muhammad Abduh, seorang ulama Mesir di akhir abad 19 pernah mengungkapkan bahwa al Islamu mahjubun bil muslimin (Islam tertutup oleh umat Islam). Ditutupi di sini bermakna rahmat dan kebaikannya yang ditutupi oleh ulah umat Islam sendiri dengan sikap-sikap seperti radikal, keras, dan melampaui batas kepada orang-orang yang tidak sejalan dengannya.   

Kekerasan akan menghalangi datangnya rahmat Allah SWT kepada manusia. Islam sendiri tercoreng reputasinya oleh segelintir umatnya yang melakukan kekerasan atas nama Islam. Ada pandangan keliru di masyarakat dengan menggunakan dalil sepotong-sepotong untuk dijadikan landasan perbuatan keras yang bertentangan dengan kedamaian.

Seperti penafsiran sepotong ayat:   مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ    Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” (QS al-Fath ayat 29)   

Ayat ini sering dijadikan dasar bagi sebagian kelompok untuk menghalalkan kekerasan dalam perilaku mereka. Padahal makna keras ini memiliki tingkatan dan tidak semua kekerasan yang dilakukan seseorang harus dilawan dengan kekerasan pula. Dalam konteks kekinian di zaman modern, kita tentu prihatin masih saja terjadi kekerasan dan peperangan di beberapa penjuru dunia. Peperangan telah mengakibatkan ribuan jiwa manusia meninggal dunia. Bukan hanya pihak yang berperang, namun juga rakyat sipil, orang tua sampai anak-anak menjadi korbannya. Tentu kita sangat prihatin.   

Sebagai penutup, Ustadz M. Sahal Mahmud mengajar agar marilah kita serukan perdamaian dunia, kita doakan semoga peperangan yang terjadi segera usai dan penduduk dunia bisa kembali damai dan tenang. Peperangan yang berkepanjangan hanya akan membawa kesengsaraan.   Kita doakan, saudara-saudara kita yang berada dalam bayang-bayang peperangan diberikan keselamatan dan kekuatan oleh Allah. Semoga ke depan, dunia akan diwarnai dengan kesejukan dan kebersamaan untuk bersama-sama membangun peradaban yang mulia. Amin.