mimikamuslim.com - Pernah nggak sih kepikiran, kenapa hidup tuh rasanya cepet banget berlalu? Sadar nggak sadar, waktu jalan terus. Dulu masih kecil, tiba-tiba udah gede aja. Dan tahu nggak? Semua yang kita punya di dunia ini sementara. Allah SWT udah kasih peringatan dalam Al-Qur’an:
📖 وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ
Wa mal-ḥayātu ad-dunyā illā matā’ul-ghurūr.
"Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
(QS. Al-Hadid: 20)
Dunia itu ibarat terminal, tempat singgah sementara sebelum kita lanjut ke tujuan akhir: akhirat. Masalahnya, banyak orang terlalu fokus sama dunia, sampai lupa kalau kehidupan ini bukan tentang sekadar cari duit, eksis di sosial media, atau ngejar impian duniawi aja.
📌 "Hidup ini cuma numpang lewat, tapi bekalnya harus cukup buat perjalanan panjang nanti."
🕊️ Hidup = Ujian, Jangan Baperan!
Kita nggak bakal bisa hidup santai tanpa diuji. Ada yang diuji dengan kesenangan, ada yang diuji dengan kesusahan. Allah udah kasih spoiler di Al-Qur’an:"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2)
Gampangnya gini, hidup itu kayak sekolah, ada ujian, ada remedial. Setiap masalah yang datang bukan buat nyusahin, tapi buat nguji sejauh mana kita bisa sabar dan tetap bersyukur. Kata Rasulullah ﷺ:
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ
Ad-dunyā sijnul-mu’mini wa jannatul-kāfir.
"Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir."
(HR. Muslim No. 2956)
Jadi, kalau lagi susah, jangan langsung ngeluh. Kalau lagi seneng, jangan sampai lupa daratan. Semua ada ujungnya, dan yang bikin menang di kehidupan ini bukan seberapa kaya atau terkenalnya kita, tapi seberapa taatnya kita sama Allah.
💰 Duit Bisa Dicari, Tapi Akhirat Jangan Dicuekin
Coba deh renungin, seberapa sering kita lebih sibuk ngejar duit, karir, atau status sosial dibanding ngejar ridho Allah? Harta, jabatan, dan popularitas itu sementara. Rasulullah ﷺ udah wanti-wanti nih:لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ، لَابْتَغَى ثَالِثًا، وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ
Lau kāna libni Ādama wādiyāni min mālin, labtaghā thālithan, wa lā yamla`u jawfa ibni Ādama illā at-turāb.
"Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, maka dia akan menginginkan yang ketiga. Dan tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kematian)."
(HR. Bukhari No. 6436 dan Muslim No. 1048)
Dunia ini fana. Yang bener-bener kita bawa ke akhirat nanti itu amal shalih—bukan saldo rekening, bukan followers, bukan juga titel yang kita punya.
📝 Checklist buat hidup nggak sia-sia:
✅ Harta cukup buat hidup, bukan hidup buat harta
✅ Gunakan waktu buat ibadah dan kebaikan
✅ Jangan sibuk ngejar dunia sampai lupa akhirat
⚰️ Ingat Mati Bukan Nakutin, Tapi Biar Nggak Lupa Diri
Ada satu nasihat Rasulullah ﷺ yang simple tapi dalem banget:أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ، يَعْنِي الْمَوْتَ
Akthirū dzikra hādimil-ladzdāt, ya'nil-mawt.
"Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian."
(HR. Tirmidzi No. 2307)
Mengingat mati bukan buat bikin takut atau bikin galau, tapi biar kita sadar kalau hidup ini ada batasnya. Jangan nunggu tua buat tobat, karena ajal nggak kenal umur. Banyak orang muda yang berpikir, “Ah, nanti aja deh hijrahnya.” Tapi siapa yang jamin kita masih ada besok?
🏡 Siapin Rumah di Akhirat, Jangan Cuma di Dunia
Bayangin kalau kita hidup mewah di dunia, tapi lupa nyiapin bekal buat akhirat. Kayak orang yang sibuk kerja tapi nggak nabung buat pensiun. Nanti pas waktunya tiba, bingung sendiri.Makanya, kata Rasulullah ﷺ:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Al-kayyisu man dāna nafsahu wa ‘amila limā ba‘dal-mawt.
"Orang yang cerdas adalah yang menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian."
(HR. Tirmidzi No. 2459 dan Ibnu Majah No. 4260)
Artinya, pinter aja nggak cukup, tapi harus pinter-pinter nyiapin bekal buat akhirat. Shalat, sedekah, dzikir, ilmu, dan amal shalih itu yang bakal nemenin kita nanti.
🎯 Kesimpulan: Keep Istiqomah, Dunia Fana – Akhirat Nyata!
Pada akhirnya, hidup ini nggak lebih dari sebuah perjalanan pendek yang ujungnya adalah perjumpaan dengan Allah. Setiap langkah yang kita ambil di dunia ini adalah bagian dari skrip kehidupan yang Allah tulis untuk kita. Tapi, yang bikin beda adalah kita yang menentukan akhir cerita kita sendiri—apakah kita akan mengakhiri perjalanan ini dengan husnul khatimah atau justru sebaliknya?
Kita semua tahu bahwa dunia itu penuh tipu daya. Kadang, kita sibuk mengejar impian, membangun karir, mencari validasi dari manusia, sampai tanpa sadar kita melupakan tujuan utama: mencari ridho Allah dan menyiapkan kehidupan setelah mati. Kita lupa bahwa setiap kesenangan duniawi yang kita genggam sekarang hanyalah sementara—kesenangan yang pada akhirnya akan sirna bersama waktu.
Seberapa pun megahnya rumah yang kita bangun, pada akhirnya rumah terakhir kita adalah tanah kubur. Seberapa pun tinggi jabatan yang kita capai, suatu saat kita akan diturunkan ke liang lahat tanpa membawa pangkat apa pun. Seberapa pun banyak harta yang kita kumpulkan, pada akhirnya kita hanya akan dibungkus kain kafan tanpa membawa sepeser pun.
Tapi bukan berarti dunia ini harus ditinggalkan begitu saja. Bukan, bukan begitu. Dunia tetap harus kita jalani, tetap harus kita perjuangkan. Tapi kita harus ingat bahwa dunia ini hanyalah alat, bukan tujuan. Kalau dunia ini ibarat jembatan menuju akhirat, maka tugas kita bukan mendirikan rumah di atas jembatan, tapi memastikan kita melintasi jembatan itu dengan selamat. Rasulullah ﷺ sudah memberikan arahan yang jelas:
📖 قُلْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
Qul fid-dunyā ka'annaka gharībun aw 'ābiru sabīl.
"Jadilah di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau seorang musafir."
(HR. Bukhari, No. 6416)
Jadi, hidup ini bukan tentang seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa berkah yang kita jalani. Kita semua sedang dalam perjalanan panjang menuju kehidupan abadi, dan setiap detik yang kita miliki adalah kesempatan untuk mengumpulkan bekal. Mau tidak mau, kita harus mulai bertanya pada diri sendiri: Sudah cukupkah bekal kita? Sudah siapkah kita jika hari itu datang?
Maka, mari mulai sekarang kita hidup dengan kesadaran penuh bahwa dunia ini sementara. Mari kita jaga shalat kita, perbaiki ibadah kita, perbanyak sedekah, dan terus menebar kebaikan. Jangan sampai kita menyesal ketika ajal menjemput dan kita baru sadar bahwa waktu kita di dunia sudah habis.
Karena pada akhirnya, hanya ada dua tempat tinggal terakhir yang menunggu kita: surga atau neraka. Tidak ada jalan tengah. Kita yang menentukan ke mana kita akan berlabuh.
Jangan sampai sibuk mengejar dunia sampai lupa bahwa kita bukan diciptakan untuk selamanya di sini. Kita ini cuma numpang lewat. Jangan tertipu dengan fatamorgana dunia yang sementara, karena yang nyata adalah kehidupan setelahnya.
Semoga kita semua bisa menutup kisah di dunia dengan akhir yang indah, dengan wajah bercahaya, dan hati yang tenang, lalu bertemu kembali di surga-Nya Allah dalam kebahagiaan yang kekal. Aamiin. 🤲✨
(Raka)