Sudahkah Anda Membaca Al-Qur'an Hari Ini

Ust. H. Tahir Sulaiman LC (Dewan Fatwa MUI Mimika) Menerangkan 3 Tingkatan Berpuasa

Malam ke-2 tarawih, Masjid Darussalam Timika, Papua Tengah, Penceramah Ust.H. Tahir Sulaiman LC (Dewan Fatwa MUI Mimika) menerangkan 3 tingkatan berpuasa menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.

Pertama, puasa orang awam (orang kebanyakan), puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.  Tingkatan puasa ini menurut Al-Ghazali adalah tingkatan puasa yang paling rendah, kenapa ? karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah SAW, puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit. Hal ini lah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW dengan sabdanya: “banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit. Hal ini lah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw dengan sabdanya: “banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatka pahala berpuasa, yang ia dapatkan hanya lapar dan dahaga.”

Kedua, ‎puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa”. Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin (orang-orang saleh).

Ketiga, puasa khususnya orang yang khusus adalah ‎puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa khusus yang lebih khusus lagi yaitu, di samping hal di atas adalah puasa hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah Swt (shaum al-Qalbi ‘an al-Himam ad-Duniyati wa al-Ifkaar al-Dannyuwiyati wakaffahu ‘ammaa siwa Allaah bi al-Kulliyati). Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya Para Nabi , Shiddiqqiin, dan Muqarrabin.